Sabtu, 25 Juli 2020

BDR di Masa Pandemi Covid19

PANDEMI covid-19 telah menciptakan kebutuhan dan perlunya menjaga jarak dalam interaksi sosial (social distancing), karantina, dan isolasi sehingga setiap individu yang rentan tidak akan terkena virus. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan tu­­juan agar sistem perawatan kesehatan tidak kewalahan aki­­bat meningkatnya jumlah pasien yang harus dilayani.

Masyarakat seyogianya me­­mahami manfaat dari meng­upayakan kurva landai (flattening the curve), sebuah pendekatan yang digunakan untuk menghambat dan/atau menghentikan lajunya penye­­baran covid-19. Model ini meng­­hen­daki agar setiap indivi­du da­pat melakukan tanggung jawab/bagiannya guna memperlambat penyebaran virus. Keinginan untuk mewujudkan flattening the curve menjadi sa­­lah satu alasan utama kebi­­jakan pemerintah untuk meminta siswa belajar dari rumah (BDR), sehingga kesempatan mereka untuk dapat berkumpul dalam bentuk kerumunan dapat dicegah, dan karena itu peluang penyebaran covid-19 bisa dihambat.

Keluhan masyarakat dalam keadaan normal, pembelajaran model BDR (belajar di rumah) dan BDS (belajar di sekolah) bisa relatif sa­­ma tujuan dan kualitasnya. Yang membedakan mungkin hanya sarana pendukung yang digunakan. Pada keadaan da­rurat, ketika masyarakat (termasuk siswa dan guru) masih dibayangi wabah mematikan covid-19, seharusnya desain dan proses pembelajaran yang diterapkan berbeda sebab belajar tidak lagi bisa dianggap sebagai business as usual. Walaupun demikian, kebijakan BDR yang diputuskan dengan tujuan untuk menghambat pe­­nyebaran virus dalam prak­­tiknya tetap harus mengacu pa­da kurikulum nasional yang digunakan. Kesiapan guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan menengah, relatif baik dan terus mening­kat kualitasnya. Namun, muat­an pembelajaran daring masih perlu terus disempurnakan agar lebih interaktif sehingga memungkinkan siswa dapat lebih terlibat (engaged) dalam pro­ses pembelajaran. Daya du­kung teknologi juga perlu te­rus ditingkatkan kualitasnya, sebagaimana fasilitas yang digunakan perusahaan-per­­usahaan penyedia konten (content provider).
BDR online
Dalam kondisi darurat ini, kemasan muatan pembelajar­an BDR, seharusnya akan sarat dengan penguatan literasi dan karakter. Konten diajarkan, se­lain untuk mengembangkan pengetahuan siswa (rote learning), juga digunakan sebagai medium dalam menumbuhkan dan memperkuat kemampuan literasi dan karakter. Sebagai sebuah aktivitas pem­belajaran formal, penilai­an tetap harus dilakukan. Namun, penilaian BDR dilakukan bukan untuk menentukan stan­dar pencapaian (attainment level) atau kepentingan nilai (assigning grade) semata. Penilaian dalam BDR dilakukan mestinya dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat menemukan cara bela­jar yang lebih baik bagi diri­nya pada setiap subjek yang dipelajari/diajarkan. Penilaian semacam ini disebut dengan penilaian formatif, yakni skor/nilai hasil sebuah aktivitas pe­nilaian bukanlah standar pen­capaian ataupun tujuan pro­ses pembelajaran. Karena jika kita menggunakannya sebagai tujuan proses pembelajaran, nilai sesungguhnya yang merupakan ukuran dari status pembelajaran akan hilang dan justru mendistorsi proses pembelajaran yang diharapkan.

1 komentar:

  1. However, bettors must guess on the property of those four casinos. There's no word when cellular sports betting might be available in the state.All betting on in-state collegiate games and events, including participant prop bets, is prohibited. New York passed a invoice in 2013 that made sports gambling authorized on the state level, but the state did not open its first official sportsbook until July 2019. Mobile sports betting launched on January eight, 2022, and there at the moment are|are actually} nine stay on-line sportsbooks in the Empire State. However, all betting on in-state collegiate games and events, including participant prop bets, is prohibited. New Hampshire joined the 1xbet korea listing of states with legalized sports betting on the second day of 2020.

    BalasHapus